Misi Program

Mewujudkan Program Studi Manajemen Jenjang Magister sebagai pusat unggulan dalam pengembangan sumber daya manusia yang berbasis manajemen syariah yang memegang teguh nilai-nilai keislaman yang disesuaikan dengan tuntutan zaman dengan memiliki kualitas tinggi

Rabu, 30 Maret 2011

Kuliah Umum Sri Bintang Pamungkas

Dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa  program pascasarjana UNIBA, Pada hari  sabtu, 13 Maret 2011 bertempat di Hotel Indah Palace Surakarta, Program Pascasarjana UNIBA Surakarta menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum dengan tema Prospek Ekonomi Indonesia Menghadapi ASEAN Comunity tahun 2015, dengan menghadirkan narasumber Ir. Sri Bintang Pamungkas, PhD. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 100 san orang, antara lain dari unsur Pimpinan UNIBA Surakarta, Pimpinan Pascasarjana UNIBA Surakarta, Dosen dilingkungan UNIBA, Mahasiswa pascasarjana, Alumni dan tamu undangan.


Dalam kuliah umum Bintang Pamungkas menyampaikan bahwa dalam menghadapi ASEAN Comunity, ASEAN tengah diuji lebih dahulu melalui CAFTA, dan tidak ada yang meragukan, bahwa Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salahsatu Negara adidaya, baik di masa lalu maupun di masa sekarang. Demikian pula kemampuannya dalam bidang ekonomi dan industri telah mengakibatkan Negara-negara besar lain merasakan tekanan-tekanan terhadap daya saing dalam perdagangan luar negerinya. Tidak terkecuali Negara-negara yang lebih kecil lainnya seperti Negara-negara Asia umumnya dan ASEAN khususnya. Bahkan ASEAN yang sedang tumbuh konon menjadi wilayah pasar perdagangan luar negeri yang sedang diperebutkan oleh Amerika Serikat (AS) dan RRC. Dalam jangka waktu yang pendek, sekitar lima tahun, antara 2003-2008,  perdagangan  RRC dengan Negara-negara ASEAN meningkat 20 kali lipat mendekati 180 miliar USD hampir menyaingi nilai perdagangan AS dengan ASEAN.)
Tidak terkecuali, serbuan barang-barang RRC ke ASEAN juga sangat terasa sampai Indonesia, terutama sejak kesepakatan perdagangan bebas antara ASEAN dan RRC, CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area) ditandatangani di Phnom Penh, Kamboja pada November 2002. Sebenarnya perjanjian perdagangan bebas tersebut diawali dengan penurunan bea masuk serta tarif dan non-tarif secara bertahap mulai 2004; baru sesudah itu disusul dengan penghapusan pada tahun-tahun berikutnya.)2 Tetapi akibatnya sudah terasa sejak lima tahun terakhir, di mana nilai ekspor Cina ke Indonesia naik mencapai 4 sampai 5 kali lipat untuk berbagai jenis industri. Khususnya pada dua tahun terakhir, di mana nilai ekspor Indonesia masih ada pada kisaran 11-12 juta USD, sedang ekspor Cina ke Indonesia sudah mencapai pada kisaran 14-15 juta USD; ini berarti era defisit bagi neraca perdagangan internasional Indonesia sudah dimulai.)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar